Home > Cerpen Cinta > Cerpen Kenangan Bersama Tercinta

Cerpen Kenangan Bersama Tercinta

Pacar ku, Shelin namanya, Ia anak baik, cantik, pintar, Mandiri dan juga Pendiam. Aku suka padanya sejak pertama masuk SMA, waktu kelas satu aku tidak sekelas dengannya jadi aku tak sempat untuk berdekatan dengannya.

Setahun berlalu, kenaikan kelas-pun tiba, Aku-pun duduk di kelas dua SMA. Ternyata dan tak diduga Aku sekelas dengannya. Setiap hari aku mencoba berdekatan dengannya dan berusaha mencari perhatian padanya.

Hari senin ini adalah pemilihan Pengurus-Pengurus kelas. Ternyata Shelin menjadi Bendahara kelas yang bertugas untuk meminta uang khas kelas kepada murid-murid, yang tiap minggu diadakan. Dan uang itu akan dipakai untuk perpisahan kelas nanti.

Hari demi hari berganti, aku dan Shelin menjadi akrab dan aku akan mencoba mejadi teman akrabnya. Sepertinya itu tak terjadi pada-Ku, Shelin hanya akrad dengan teman perempuannya saja.

Dedy Akas Website Cerpen Kenangan Bersama Tercinta

Kebetulan sekarang hari Sabtu, hari tempat seketaris bekerja. Shelin-pun mengelilingi baris demi baris. Sekarang giliran kursi Ku yang akan dimintai uang khas. “Hei Aldi… bayar uang khasnya…!!”

Aku langsung PD ketika Ia menyapa ku “Hei”, ku kira Ia juga punya perasaan yang sama pada ku dengan perkataan yang sopan itu. “Hei Shel…! Berapa uang khasnya?” “Sepuluh Seribu doang kok.”

Shelin duduk disebelah Ku sambil menunggu aku mengeluarkan uang dari dompet. Kebetulan teman-teman Ku yang mempunyai sifat iseng kepada orang lain, dan sudah mengetahui bahwa aku suka pada Shelin. Lalu aku di dorong ke arah Shelin dan Aku memeluknya. Tiba-tiba Shelin langsung ke luar kelas dan, Ia menangis.

Aku ingin sekali menemuinya, Tapi aku merasa bersalah. Setelah kejadian itu aku marah dengan teman-teman Ku dan berusaha menghindar, tidak banyak bicara. Tetapi itu hanya berlangsung beberapa hari. Tiga hari kemudian aku dan teman-teman ku bercanda seperti biasa.

“Seminggu kemudian.” Ketika jam istirahat, Aku melihat Shelin sedang menikmati jus alpukatnya sambil duduk dikursi kantin. Aku ingin menemaninya untuk mengobrol dan meminta maaf atas kejadian seminggu yang lalu. Karena Aku belum mempunyai keberanian untuk meminta maaf pada Seorang wanita seperti Shelin karena Ia wanita yang berwibawa dan Tegas. Shelin-pun masih tampak marah pada Ku.

Akhirnya Aku memberanikan diri untuk menemuinya, Aku duduk di sampingnya “Shel… lagi nagapain bengong terus?”

“Apa kamu engga melihat Aku lagi ngapain?”

“Minum ya…?”

“Iya… Aldi.”

“Shel, Kamu masih marah ya… sama Aku?”

“Marah kenapa?”

“Masalah seminggu yang lalu.”

“O…yang itu,” ‘Sambil mengaduk-aduk jusnya dengan sedotan.’ “Lain kali jangan ngulangin perbuatan kaya gitu lagi ya… sama Aku, Aku malu Ald… di depan teman-teman kamu meluk Aku, dan itu sangat membuat hati Ku seperti dinodai karena belum ada seorangpun, cowok memeluk Ku, keculi Ayah dan Kakak Ku.”

“O… gitu, Kamu belum jawab pertanyaan Ku. Mau ga kamu maafin Aku?”

“Iya Aku mau maafin Kamu”

“Terima kasih ya… Shel… Ikhlas gak?”

“Ikhlas banget kale…!!!”

Dengan dijawabnya semua pertanyaan-pertanyaan Ku, Aku merasa lega dan merasa PD, Ku kira Ia mempunyai perasaan yang sama pada Ku. Tetapi Aku tidak tau perasaan Shelin pada Ku.

‘Enam bulan kemudian’ Hubungan kami semakin dekat seperti sahabat. Dan Shelin makin terbuka dengan Ku, Kami sering belajar bareng, Main juga sering, bahkan ke kantin bareng. Danies salah satu teman Ku berkata “Kenapa sih… Ald… setiap ada Shelin pasti ada lo? Sebetulnya lo TTM (Teman Tapi Mesrah) ya? Atau mungkin lo jadian ya…?”

“Bisa di bilang seperti itu.”

“Chie Aldi… dah jadian neh ceritanya?” Enak dong bisa dapetin Shelin padahal dulu lo maen diem-dieman terus, Tapi sekarang…?”

“Gw gak bilang gw dah jadian kan…? Mendingan gw jalanin aja deh… dulu…”

Malam tiba, Aku berada di kamar Ku. Aku tak tau Shelin masih mengaggap Ku apa? Aku rasanya ingin cepat-cepat melontarkan perasaan Ku padanya, yang sudah terpendam satu tahun enam bulan ini. Aku takut Shelin sudah di ambil orang lain, karena banyak pria-pria lain yang mengantri ingin jadi pacarnya. Tapi belum sempat menyatakan cintanya pada Shelin.

Hati Ku berkata: “Aku harus cepat-cepat menyatakan perasaan ini pada-nya dan Aku harus PD menyatakan perasaan ini.”

Jam menunjukan pukul dua belas malam, Aku juga belum bisa tidur, di mata Ku hanya ada bayangan seorang Shelin. Dimalam itu hati Ku berkata: “Keputusan Ku untuk menyatakan perasaan Ku pada-nya sudah bulat seperti bola pingpong.”

               Keesokan paginya Aku berangkat sekolah, ternyata aku terlambat… Aku masuk kedalam kelas, yang kebetulan pelajaran pertama di kelas Ku adalah guru paling galak. Dan Aku melihat kursi Shelin kosong seperti rumah hantu. Aku bertanya pada teman sebangkunya. “Eh… Mita Shelin kemana kok gak masuk?”

“Dia sakit?”

“Ha… ‘Mata ku melotot’ Sakit? Sakit apaan?

“Ia sakit, biasa aja kale jangan pake melotot, kaya-nya kaget banget, Lo suka ya ma Shelin?”

“Ia mang kenapa? Kalo gw suka?

“O… lo suka ma Shelin, memang pasangan yang serasi…”

“Maksud lo? Pasangan serasi apa?”

“Ia pasangan serasi, seminggu yang lalu sih… Shelin cerita ma gw kata nya dia…!!!”

‘Sepertinya niat ku tak tercapai, Untuk menggapai keinginan Ku itu. Apakah Tuhan tak mengizinkan ku berpacaran dengannya?’ Tapi aku harus berusaha dan tak boleh diam begitu saja. AKU HARUS BERUSAHA !!!

Dengan tiba-tiba seorang Guru yang di juluki ‘Raja Hutan’ itu. Menggebuk Ku dengan penggaris, Aku kaget…

“Aldi, sebaiknya kamu jangan ngobrol terus dengam Mita. Lihat penjelasan Ku.”

“O… baik Pak…!!!”

“Ngobrol terus…” Sambil menggoyang-goyangkan penggaris ke muka Ku.

Setelah datang jam, istirahat Aku menemui Mita di kantin sekolah. Duduk, Sambil minum Nescafe “ES”.

“Mit… emang omongan apa yang tadi mo di omongin terus enggak jadi karena ada Guru, Apaan she…?”

“Ia seminggu yang lalu Shelin ngomong katanya…!?”

“Katanya apa? Kata Shelin apa? Cepet ngomong, knapa mit…”

“Enggak ah… gw takut Shelin marah ma gw karena gw da janji gak bakal bilang sama orang yang bersangkutan.”

“Orang yang bersangkutan? Maksud lo…? Menyangkut nama gw?”

“Nyangkutin banget…!! Kale…!! Eh… gw mo nanya ni ma lo mangnya lo suka sama Shelin?”

“Suka dari kelas satu, Kale…!! Baru tau lo? Melas banget she…!! Tapi baru temen-temen gw doang yang tau, Tapi kalau Shelinnya sih… kya nya belum tau.”

“Ya udah deh… klo lo mang suka ma Shelin, Mungkin gw harus ngomong yang sebenarnya.”

“Ngomong apa? Cepet ngomong… Cepet… Mit…!!”

“Ia Sabar, knapa…!! Itu sebetunya…, Sebetulnya…,”

“Sebetulnya apa si Mit…? Gw harus berbuat apa? Agar lo bisa terus terang.”

“Enggak usah berbuat apa-apa…!! Ia, Ald… sebetulnya Shelin Suka Sama Lo…!!!!!!!!!!”

“Apa…?” Shelin suka ma gw?”

“Ia…”

“Akhirnya gw bisa dapetin cinta gw juga mit…, Eh, Ngomong-ngomong lo tau rumahnya Shelin? Dan lo tau gak dia sakit apa?”

“Tau, gw rumahnya Shelin, Ngapain lo nanyain? Itu Ald… setau gw she Shelin sakit batuk soalnya pas kemarin-kemarin Dia sering batuk-batukan.”

“Mudah-Mudahan gak parah ya, Mit…”

“Do’ain aja, lo kan calon cowonya.”

“Bisa aja deh, Lo.”

“Eh… ntar lo da acara gak? Kalau gak ada anterin gw ke rumah Sheli yu…!!”

“Kayanya gak bisa deh… Ald, kayanya gw mo pergi ke rumah saudara gw, Maaf ya…, Nih… gw kasih alamatnya Shelin, Ntar lo bisa pergi ma siapa keg…!!! Neh…!!” ‘Sambil memeggang kertas yang bertuliskan alamat rumah Shelin’

“Thank’s ya… Komplek Taman Indah I Jalan. Matahari II blok D/4 No: 51.” ‘Aku membacanya dengan pelan dan lembut’

‘Kring… Kring… Kring…’ Itu suara bel yang berbunyi setiap jam 10.00. Aku langsung membayar minuman kepada ibu kantin, dan cepat-cepat lari ke kelas.

Teng!!! jam 12.00 siang, waktunya murid-murid keluar kelas dan pulang ke rumah masing-masing. Tapi aku tidak pulang ke rumah melainkan ke rumah Shelin ku tercinta. Aku mengeluarkan HP ku dari dalam kantong celana ku, Untuk menelpon ibu ku agar di perbolehkan ke rumah Shelin, akhirnya, Ibu-Ku tersayang menjawab ‘IYA’. “Aku ingin pergi bersama teman-teman ku, Tapi apakah mereka mau yah…” Aku berbicara pada diri ku sendiri.

“Denies, Lo mau gak nganterin gw ke rumah Shelin?”

“Kaya gak bisa deh… soalnya gw ada janji dengan cewek gw, Nisa namanya. Udah yah… ga mau jemput cewek gw dulu ntar Dia marah lagi. Sorry ya Aldi.” ’Denies meninggalkan ku begitu saja dan berlari kearah parkiran motor. Aku mencoba tanya dengan teman yang lain.

“Yulan, lo mau gak nganterin gw ke rumah Shelin?”

“Ngapain sih…? Enggak bisa. Soalnya sekarang ada les.”

“Ya, Udah deh gak apa-apa.” ’Semua teman-teman akrab ku tidak ada yang mau mengantarkan ku ke rumah Shelin terpaksa aku berangkat sendiri. Aku langsung duduk di Motor ku, dan tancap gas……

Setelah sampai di dalam komplek, Aku merasa sangat sulit mencari alamat rumah Shelin. Setelah Aku bertanya pada seorang Nenek tua.

Missi, Nek apakah nenek tau Jl. Matahari II blok D/4 No: 51.”

“Oh…itu rumahnya Pak Firdaus Ya, Nak.?”

“Mungkin, tapi aku ingin bertemu dengan anaknya Shelin.”

“Apakah nenek tau?”

“Itu, nak dari sini, Lurus terus, Ada kali belok kanan, nanti disana ada rumah ber cat cream, Itu rumahnya.”

“Terima kasih ya… Nek.”

“Sama-Sama.”

Aku terus berjalan mengikuti arah yang tadi diberi tahu oleh Nenek tua tadi.

‘Akhirnya aku sampai di tujuan yaitu rumah Shelinyana Chandra Winata.

Aku berjalan menuju pagar rumahnya, Lalu aku pencet belnya ‘Assalamuallaikum’ begitu bunyinya. Terlihat ada seorang wanita yang membukakan pintu ku kira Shelin ternyata Ibunya, dan datang menghampiri ku.

“Ada Shelinnya Tante?”

“Ada Nak, Kamu Siapa? Pacarnya Sheli, Ya…?”

Sambil berjalan ke Ruang tamu

               “O… Bukan, Tante aku teman sekolahnya.”

“Silahkan duduk, Nak. Tunggu sebentar, Tante panggilkan Shelinnya.”

“O… Iya Tante. Terima kasih.”

Ternyata rumah Shelin tampak sederhana dan keluarganya menerima kedatangan ku dengan baik, tiba-tiba ada seorang wanita cantik menghampiri Ku, itulah Shelin gadis yang selalu Ku tunggu-tunggu. Ia menghampiri Ku dan duduk disebelah Ku.

“Hei, Aldi apa kabarnya?”

“Harusnya Aku yang bertanya padamu seperti itu Shel…”

“Kenapa tidak masuk sekolah?”

“Sakit.”

“Sakit apa?”

“Cuma batuk-batuk dong.”

“Sudah periksa ke dokter belum?”

“Belum.”

Eheg, Eheg, Eheg… Itu bunyi batuk Shelin yang tampak parah.

“Cepet periksa, Aku takut kenapa-kenapa.”

“Tenang saja, do’a kan saja supaya aku lekas sembuh.”

“Amin…” Shel, Aku mau bicara dengan kamu, dengan serius Aku ingin hanya ada kita saja, tanpa pengganggu.”

Aku peggang tangannya dan aku genggam di dada Ku.

“Bicara apa sih…?” Ngomong aja, Cuek aja lagi.”

“Shel… sebetulya Aku sudah lama nyimpan perasaan ini, sekarang Aku mau jujur pada Mu.”

“Jujur aja lagi, cepet… kamu mau cerita apa, nanti Aku dengerin.”

“Shelin Aku sangat sayang pada kamu, setiap malam di mata aku hanya ada bayangan Mu, bahkan Kau seperti Cinta mati Ku.”

“Apaan she… Ald… Gombal banget deh…”

“Aku gak gombal Shel… Aku serius, Kamu anggap aku main-main. Mau gak kamu jadi cewe Aku, Shel?”

“Bukan kaya gitu Ald, Aku juga mempunyai perasaan yang sama pada Kamu. Aku cinta pada Kamu.” ‘Dengan Suaranya yang lembut’. Aku langsung memeluk erat Sheli. Hati-Ku sangat senang ketika Sheli dapat menerima Ku menjadi pacarnya. Kini harapan Ku tercapai menjadi seorang yang di cintai Sheli. Sepertinya ketika Aku dipeluknya serasa tak ingin lepas dan tak ingin jauh dari nya.

“Shel cepat sembuh yah…”

“Insya-ALLAH. Do’a kan saja.”

“Pastinya dong…”

“Besok Sekolah ga. Sekolah ya…?”

“Insya ALLAH.”

Ketika jam 16.00 sore aku meminta izin untuk pulang. Di perjalanan, Aku hanya teringat ketika Aku memeluknya, pokoknya tak ada yang bisa menggantikan Sheli di hatiku.

‘Seminggu kemudian’ Ketika hari Minggu, Aku sedang mencuci motor di halaman rumah kosan Ku. Aku melihat sesosok Sheli kerumah Ku, Aku kaget “Massa sih… Sheli tahu rumah Ku? Dari mana ya?” Aku bertanya pada diri Ku sendiri.

“Hai, Sayang.”

Aku kaget Sheli memanggil Ku dengan kata SAYANG dan wajah nya tampak pucat.

“Hai, Say… Kamu tahu rumah Ku dari mana?”

“Dari Danies.”

“Memang kamu sudah sembuh Shel…”

“Sudah.”

“Tetapi wajah mu tampak pucat.”

“Tidak aku tidak knapa-knapa, Jangan Khawatir ya…”

“Kamu mau kemana sih… Kondisi kamu juga belum begitu baik.”

“Sudah kok, Aldi kita jalan-jalan yu… ini mungkin hari pertama kamu melihat Ku.”

“Sheli, Ngomongnya jangan sembarang dong…!!!”

Hari itu Aku bingung dengan semua tingkah-laku Sheli, Ia nampak pemberani dan suaranya beda agak lebih lembut dan pelan.

“Kamu mau jalan-jalan kemana? Sedangkan hari sudah menjelang sore?”

“Kemana saja kamu suka.” Aku langsung ganti baju dan naik motor dan menyuruh Sheli naik, Ia memeluk ku dengan erat, badannya tampak dingin sekali. Aku ingin mengajak dia ke sebuah taman yang penuh dengan rumput-rumput. Setelah Sampai………

“Say kok badan mu dingin banget sih?”

“Kan kena Angin.”

“Shelin aku sayang banget sama kamu.”

“Aku juga, Ingin sekali selalu berada dipelukan Mu.”

Disitu aku dan Shelin bercanda, tertawa, tapi walau bagai manapun Aku harus mencoba teguh di hadapannya, Aku ingin menunjukan bahwa Aku Seorang Pria yang mempunyai pendirian yang kuat.

Di telinga ku terdengar suara Eheg… Eheg… Eheg… itu adalah suara batuknya Sheli yang nampak nya parah sekali. Lalu aku ambil sapu tangan berwarna putih polos dan bersih dari kantong celana Ku, Aku berikan ke Shelin, Ketika sapu tangan nya ia tekap ke mulutnya keluar setetes darah. “Sheli ini darah? Ini tandanya batuk kamu amat parah.”

“Tidak, Aldi tenang saja aku baik-baik saja. Aku ingin selamanya bersama Mu Aldi.”

“Benar kamu tak apa-apa.?”

“Benar.”

“Lebih baik kita pulang yu… hari sudah larut malam.”

“Yu… kita pulang…”

Setelah di perjalanan pulang, Sebelumnya aku mengantar Shelin kembali ke rumah. Setelah sampai di depan rumahnya dan turun dari motor Ku. “Shel tidur yang nyenyak dan mimpikan Aku yah…?”

“Pasti dong… Ini sapu tangan Mu Ald…!”

“Tak usahlah buat Kamu saja, Simpan ya… agar sapu tangan ini menjadi kenangan untuk Mu.”

Aku cium kening Sheli dan menyuruh Ia masuk kedalam, tapi setelah aku menancapkan gas motor Ku. Aku tak tahu kemana perginya Sheli yang tiba-tiba langsung hilang begitu saja, bahkan tidak sampai beberapa detik.

Tetapi semua tingkahlaku Shelin yang hari ini berubah, Aku tidak abaikan, yang aku ingat hanyalah kenangan sehari ini bersamanya yang tak pernah melupakannya.

Keesokan harinya aku terlambat sekolah, dan tidak mengikuti Upacara. Ketika Aku masuk kelas tampak wajah teman-teman ku seperti menangis. Aku sangat bingung.

“Mit emang ada apa sih…? Kok kaya pada nangis? Mit, semalam gw enak donk gw jalan-jalan ma Shelin.”

“Ha…? Lo yang benar aja kenapa, Shelin tuhhh..!?”

Lalu aku coba bertanya dengan Denies. “Nies mangnya da paan? Eh lo ngasi tau rumah gw ma Sheli ya?”

“Lo apaan sih Aldi yang bener kalau ngomong. Asal lo tau aja Shelin tuh… udah enggak ada, Udah pergi Ald…” Denies membentak ku dengan suara yang keras.

“Lo kata siapa? Eh yang jelas semalam gw abis jalan-jalan ma, Dia. Enggak, enggak Shelin tuh masih ada belum meninggal. Lo kok tega sih…bisa-bisanya bohongin gw?”

“Kita tuh tadi di bilangin sama Kepala Sekolah pas Upacara, Makanya jangan terlambat terus ya…!!!”

Aku tidak percaya atas semua perkataan teman-teman Ku yang tak ada bukti. Tapi aku mencoba untuk membuktikan semua ini apakah ini semuanya benar. Setelah jam istirahat tiba aku mencoba berfikir ulang kembali apa yang di ucapkan Mita dan Denies dan berdiam diri, Merenung sendiri di dalam kelas.

Sesudah pulang sekolah, Aku ingin sekali pergi kerumah Shelin, untuk membuktikan perkataan teman-teman ku tadi. Di perjalanan menuju rumah Shelin, Aku teringat semua yang terjadi semalam ketika aku mencium keningnya. Tak lama kemudian aku sampai di depan rumahnya yang tampak ramai, banyak orang-orang yang membawa barang-barang dari dalam rumah Sheli.

“Apakah Sheli mau pindah rumah? Tapi tak mungkinlah.” Aku bertanya pada diri Ku sendiri, sambil berjalan menuju ke dalam rumah Shelin, Aku melihat ada Ibunya Shelin yang sedang menangis.

“Tante, Kenapa tante menangis? O…ya ada Shelinnya gak tante?”

“De Aldi apa kamu belum tahu, Shelin telah tiada.”

“Apa Tante, Maksud tante?”

“Shelin sudah meninggal tiga hari yang lalu.”

“Apa? Tante bohong ya sama aku?”

Aku masih belum percaya bahwa Shelin telah tiada.

Secara tiba-tiba Aku mengeluarkan setetes air mata.

“Tante bener, Sekarang anak perempuan Tante satu-satunya telah tiada. Tak ada lagi orang yang bisa menghibur Tante ketika Tante sedang sedih.”

“Apa…? Padahalkan semalam aku sedang berjalan-jalan dengan Shelin. Kok Shelin sudah meninggal tiga hari yang lalu sih…? Aku bingung, Kalau begitu siapa orang yang semalam, yang mengajak Aku berjalan-jalan.”

Aku masih tidak percaya kalau Shelin sudah tiada.

“Tante, Kalau begitu antarkan aku kemakamnya Shelin.”

“Baik kalau itu mau mu, Nak Aldi.”

Setelah satu jam di perjalan dengan mengendarai sepeda motor Ku, akhirnya Aku telah sampai di pemakaman umum Jakarta.

“Kok, ada orang banyak dirumah tante yang sedang mengemasi seisi barang rumah tante?”

“Tante ingin pindah rumah ke Bandung dan tinggal bersama kakak lelakinya Shelin. Tante ingin menghapus semua kenangan-kenangan yang terjadi rumah ini.

“Lalu rumah yang di Jakarta tante mau apakan?”

“Tante akan jual.”

Lalu aku melihat sebut Nisan bertulis ‘Shelin Chandra W. binti Alm. Winata Wijaya. Aku langsung berhenti persis dimakam itu, Aku melihat ada sapu tangan berdarah di atas makam itu, Aku sangat kaget ketika melihat sapu tangan itu soalnya mirip, sama, persis sekali seperti sapu tangan yang aku berikan Shelin pada kemarin malam.

“Inilah makam Shelin, Nak Aldi.”

“Ini??”

“Iya ini, kok di sini ada sapu tangan berdarah, punya siapa ini. kok ada di atas makam anak Ku?”

“Itu sapu tangan Ku Tante, waktu malam itu Shelin batuk-batuk dan mengeluarkan darah di sapu tangan Ku.”

“Apa?”

“Iya semua itu, terjadi semalam. Aku juga heran, Massa bisa ada orang yang mirip sekali dengan Shelin. Apa Shelin mempunyai kembaran Tante.?

“Tidak, Tante hanya punya satu anak perempuan yaitu Shelin dan tidak kembar, Hanya ada satu anak Ku, hanya ada satu Shelin didalam rahim Tante.”

Aku mengangkat kedua tangan ku untuk mendoakan, Agar Shelin di tempatkan yang terindah.

Ketika aku pulang dari rumah Shelin. Aku menangis di dalam kamar, sendiri. Aku tak tahu kemarin malam itu mimpi atau bukan yang jelas Aku takan melupakan kenangan-kenangan Ku bersamanya. Dan selalu menjaga Namanya dihati Ku. Kini tak ada lagi Shelin tercinta Ku. Aku hanya berpacaran dengannya sepuluh hari saja.

Dua tahun berlalu, Sampai sekarang ini aku belum menganggap hubungan Ku dengannya ‘PUTUS’.

Kenangan ku bersama Shelin masih teringat di otak Ku, Bayangan dirinya masih tersenyum lebar di mata Ku. Shelin… Aku takkan melupakan Mu, Sampai kapan pun. Kini Aku kuliah di Universitas Indonesia. Dan detik ini, Menit ini, Jam ini, Hari ini, Bulan ini, Tahun ini, Aku juga belum mendapatkan pengganti Shelin di hati Ku, Hanya ada satu bayangan di mata Ku, Shelin tercinta dan tersayang, Semoga engkau berbahagia di Tempat yang terindah.

Baca Juga  Cerpen Lainnya :

Tompel

Cerita Penjual Tas Manik-Manik

Kisah Kami di Sekolah

 

Judul : Cerpen Kenangan Bersama Tercinta

by Mutiara Khoirunnisya

Semoga bermanfaat dan terimakasih telah berkunjung di Dedy Akas Website.

|  Cerpen Selanjutnya >> Cerita Penjual Tas Manik-Manik

Silahkan Share Artikel Ini:

About Dedy Akas

Orangnya biasa saja, menerima apa adanya, akan tetapi kritis ketika berusaha. Silahkan Bookmark this page (Ctrl+D). Website ini mampu loading, walaupun koneksi internet lambat. Jangan lupa untuk memberikan kritik, saran dan komentar. Article and Content Protected by DMCA. Terima kasih telah berkunjung. Salam, Dedy Akas Website

Check Also

Sepeda Tua yang menggema dalam Jiwa - Image by Pixabay

Sepeda Tua yang menggema dalam Jiwa

Mentari bersinar kembali pagi ini, membangunkan setiap insan dari lelapnya malam. Tapi Sang Mentari, tidak …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *