Home > Cerpen Cinta > Debaran Dalam Diam

Debaran Dalam Diam

Cinta pertama selamanya tak berakhir dengan penyatuan dua insan. Kadang berakhir dengan happy atau sad ending bahkan terkadang kita tidak tahu akhir kisah cinta itu sendiri

Aku merasakan debaran jantung untuk pertama kalinya disaat aku melihat sesosok laki-laki dewasa yang bahkan belum kutahu siapa namanya. Dia bersikap sangat cuek dan dingin akan segala hal disekitarnya

Debaran Dalam Diam - Pixabay
Debaran Dalam Diam – Pixabay

Pernah sekali kulihat senyuman itu terbit dari sudut bibirnya. Entah apa yang membuat jantung ini berdetak sangat kencang seakan-akan siapapun yang berada disampingku pasti akan mendengar debarannya

Dia adalah seorang pegawai pemerintahan tempat ku dulu menyelesaikan praktek kerja lapangan. Saat itu aku adalah salah satu siswa menengah atas kejuruan yang ditugaskan untuk bekerja disalah satu lembaga pemerintahan. Dan disinilah aku bertemu sosok laki-laki yang membuat jantungku berdebar untuk pertama kalinya

“Assalamualaikum” salamku kepada salah satu pegawai yang tengah asyik menonton tv

“Waalaikumussalam, iyya dek apa yang bisa saya bantu?” tanyanya

“sebelumnya perkenalkan Nama saya Ayyatul khumairah dan ini teman saya Sasmita Megaliana. Kami siswa prakering yang diberi tugas untuk prakter dikantor ibu” kataku menjelaskan

“ohh begitu. Pak lurah memang bilang kemarin kalau besok akan ada siswa prakering yang akan magang disini” aku dan mita hanya tersenyum menanggapi perkataanya

“Nama saya Hardiana, panggil saja bu Diana, dan yang duduk di sebelah situ namanya bu Rahma. Jangan sungkan-sungkan yah dek, anggap saja kami ini keluarga kamu”

Aku merasa senang mendengar ucapan Bu Diana meskipun sebelumnya aku sedikit takut dengan dia namun seketika rasa takut itu memudar menjadi kenyamanan

seminggu lamanya aku magang dikantor ini. Yah meskipun aku magang dikantor lurah pekerjaan disini  agak merepotkan. Setiap hari harus membuat surat dan mengantarkannya kekantor kecamatan.

Aku dan Mita sudah merasa lebih nyaman dikantor tempat kami magang. Selain pegawainya yang ramah mereka juga menganggap kami selayaknya keluarga. Ada sekitar lima pegawai yang bekerja dikantor itu ditambah lurah dan sekertarisnya berati tujuh orang namun aku belum sekalipun bertemu sekertaris pak lurah yang katanya sangat cuek. Namanyanya saja aku tidak tahu

Sesosok laki-laki masuk kekantor dengan menggunakan setelan pegawai negeri sipil. Itulah awal mula debaran jantungku yang menggelegar. Salah tingkah? Pasti. Dia berjalan melewati kami dengan tatapan dinginnya tapi ia tersnyum kepada pegawai lainnya

“dia pak Azka seklu (sekertaris lurah) disini” kata kak Erdan saat pak seklu berlalu melewati kami

Tinggi, tampan, cuek, manis. Penilaianku untuknya saat ini

“dia pak seklu? Pak seklu kok kayak cowok. Saya pikir dia bapak-bapak loh kak” kataku yang terdengar melongo. seluruh pegawai tertawa mendengarnya

“astaga ayya dia itu memang cowok bukan cewek” Bu Rahma kembali tertawa melihat wajahku yang memerah menahan malu

“Dia bukan teman saya bu. Saya gak kenal sama dia” dengan kejam Mita tidak mengakuiku sebagai temannya

“sudah-sudah. Bukan itu maksud Ayya. Mungkin ayya pikir pak seklu itu bapak-bapak eh pas dia lihat ternyata pak seklunya masih muda. Bukan begitu ayya?” Bu Diana memang yang terbaik diantara pegawai yang lainnya dia yang bisa mengerti perasaanku

“Bu Diana memang yang paling tahu. Akukan maksudnya begitu tapi.. sudahlah saya malu. ada orang yang mau ambil surat saya keruangan dulu yah” mereka masih tetap menertawaiku

“jangan marah dong ayya kami kan bercanda. Kamu juga sih kalau bicara tuh diperjelas dong” kak Erdan tak hentinya mengejekku

Aku mengerjakan surat yang diminta warga kelurahan. Pak lurah hari ini tidak datang dan aku harus meminta tanda tangannya. Tapi selain dari tanda tangannya ternyata pak seklu juga bisa menandatangani surat itu

Dengan semangat 45 aku mengantar surat itu di hadapan pak seklu untuk ditandatangani

“Assalamualaikum pak, ini ada surat untuk ditandatangani”

“sini, maaf kamu siapa yah. Pegawai baru?” tanyanya

“saya siswa Prakering pak yang ditugaskan magang disini”jawabku agak gugup

“oh” katanya singkat sambil tersenyum

Senyuman yang membuat mata ini tak ingin berhenti memandangnya. Astagfirullah

Aku tersenyum melangkah meninggalkan ruanganya. Semoga saja pak lurah sering-sering tidak datang. Batinku

“senyum-senyum. Awas loh nanti kesambet” Mila heran melihatku yang terus tersenyum tidak menanggapinya

“Ayyaaaa….”teriaknya

“apa” aku melirik Mila dengan tatapan datar

“kamu dipanggil sama kak erdan katanya ada yang penting. Dipanggil-panggil kok gak sadar” Mila mengumpatku karena tidak memerhatikannya

Tak terasa dua bulan aku mejalani prakeringku. Selama itu pun tiap kali ada surat yang harus ditandatangani pak seklu aku tidak akan membiarkan Mila yang membawanya ke pak Seklu

“Ayya itu motor kamu?”aku menoleh mencari asal suara itu. Pak Azka mengajakku berbicara. Biasanya kami hanya bertukar kata-kata jika ada surat yang harus ditandatangani

“bukan pak, memangnya kenapa pak Seklu?” aku lebih suka memanggilnya pak Seklu dibanding dengan namanya pak Azka. Sengaja aku bertanya kembali untuk memperpanjang perbincangan kami

“Ban motor itu pecah. Saya kira itu motor kamu. Kamu kesini naik apa?. Teman kamu kan lagi sakit. Diakan yang sering bonceng kamu.”

Ternyata pak seklu selama ini memperhatikanku. Senangnya hati ini yahh Allah

“tadi pagi saya diantar sama kakak ipar saya pak. Mungkin itu motor orang yang sedang singgah di warung depan”

“oh” kata yang singkat yang sering dia ucapkan. Meskipun begitu tetap membuatku berdebar

Seminggu lagi aku dan Mila akan menyelesaikan praktek kerja lapanganku. Tandanya aku akan berpisah dengan para pegawai disini.

Mengenai pak seklu. Kami sudah semakin akrab dari sebelumnya. Jika dulunya dia hanya tersenyum yang seakan dipaksakan kini tawa yang terbahak-bahak kadang menghiasa wajah cueknya itu

Hari ini adalah hari yang sangat membuatku sangat merasa sedih. Lebay memang aku saat ini menangis sambil sesegukan. Hari ini hari terakhir aku magang dikantor lurah ini. Tempat dimana aku merasakan cinta untuk pertama kalinya. Namun sedari tadi aku tidak melihatnya. Mungkin dia ada urusan penting sehingga dia tidak datang kekantor hari ini

Sebelum meninggalkan kantor kutetapkan dalam hati  jikalau dimana ada keinginan disitu ada jalan. Tidak ada yang mengetahui takdir seseorang. Apakah takdir akan mengikuti jalan pemikiran hati yang diinginkan ataukah berbanding terbalik dengan apa yang diinginkan oleh hati

Begitupun jodoh. Tidak ada yang tahu siapa yang akan menjadi pasangannya dalam melalui rentetan perjalanan hidup ini

Tak berselang lama aku mendengar kabar bahwa dia akan menikah dengan wanita yang telah ditetapkan takdir untuknya. Meskipun kami bukan jodoh yang telah ditetapkan takdir tapi aku bahagia dia yang telah memenuhi hatiku untuk pertama kalinya

Walau kami tak berjodoh. Namun aku percaya suatu saat nanti hati ini akan kembali merasakan debaran itu dan hari itu akan datang.

Cerpen Debaran Dalam Diam adalah cerita pendek karangan Wilma. Kategori Cerpen Cinta. Pembaca dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya dengan mengklik namanya.

Silahkan Share Artikel Ini:

About Wilma Yulllia

Logo-Penulis-Cerpen
Seorang wanita yang mulai menulis cerpen dalam mengapresiasikan hayalannya

Check Also

Sepeda Tua yang menggema dalam Jiwa - Image by Pixabay

Sepeda Tua yang menggema dalam Jiwa

Mentari bersinar kembali pagi ini, membangunkan setiap insan dari lelapnya malam. Tapi Sang Mentari, tidak …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *