Home > Cerpen Remaja > Arti Seorang Anak

Arti Seorang Anak

Dear Mom…

Mala Minta Maaf, Mala ingin buktikan bahwa Mala bisa hidup sendiri tanpa warisan dari kalian. Semoga Mom and Dad baik – baik di sana.

Salam Putri Kecil mu.

Mala Fernandez love you Mom and Dad.

Setelah menulis surat untuk orang tuanya. Kini ia melangkah ke halaman rumah dan memandang sekilas rumah yang akan ia tinggalkan.

“Maafkan aku Mom.” Gumamnya sebelum membawa kakinya melangkah keluar.

Kini ia akan memulai semua dari awal dan ia akan buktikan bahwa ia bisa mandiri tanpa harus bergelimang harta orang tuanya.

Setelah melangkah jauh. Wanita itu menaiki transportasi umum dan menuju ke bandara tempat yang akan ia mulai awal yang baru.

Arti Seorang Anak
Arti Seorang Anak

***

Akhirnya setelah menempuh perjalanan yang lumayan memakan waktu ia sampai di sebuah kota yang tidak terlalu luas tetapi banyak kuliner yang sangat terkenal di kota ini.

Yah, ia akan memulai semua dari awal di kota Malang yang akan membuahkan kesuksesan sendiri tanpa siapapun.

Ia memang belum pernah datang ke kota ini. Tetapi setidaknya ia mempunyai sahabat yang ia kenal dan untuk membantunya mencari tempat tinggal dan tempat kerja.

Setelah ia menghembuskan lelah ia menelpon sahabatnya yang kebetulan di kota ini.

“Hallo… Tyaz loe dimana? Gue udah sampe nih!!” Kataku begitu tersambung dengannya.

“Iyah, sabar sayang gue OTW ke situ.” Jawabnya cepat, dengan nada dibikin – bikin supaya gak kena semprot.

“Baiklah… jangan lama – lama gue bisa mati berdiri.” Ucapku lebay.

“Okree boss.” Setelah  ia berkata aku langsung mematikan sambungan dan melihat apa ada tempat makan yang terdekat.

Setelah melihat – lihat dan ia menemukan sebuah kedai atau biasa di sebut warung yang menjual bakwan malang. Ia langsung berjalan kesana dan memesan makanan dengan 2 porsi sekaligus.

Saat menikmati hidangan ini ia di kagetkan seseorang yang di tunggu – tunggu.

“Kho hama hieh ( ko lama sih ).” Ucapku dengan mulut penuh bakso.

“Ciah jijay dech gue, loe telen dulu baru ngomong. Kaya ngomong bahasa planet loe.” Jawabnya kesal akan kelakuan sahabatnya yang satu ini.

“Eh ko dua? Loe beliin gue yach aduhh duhh baik bangett siehhh sahabat gue.” Ucapnya tiba – tiba dengan mata berbinar.

Aku yang melihat dan mendengar itu langsung membawa bakso itu ke hadapan ku dan mendekapnya.

“Iiiihhh loe pelitt bin rakus banget sih sama sahabat sendiri.” Ucapnya kesal dan dengan tega langsung menghabiskan minuman ku yang belum ku sentuh sama sekali.

“Aishhh kau ini aku kepedesan.” Sumpah gila pedes banget.

“Makanya jangan pelit, sukurinnn.” Dengan menjulurkan lidahnya.

“Kauu ini tadinya mau ku ajak traktir makan barbeque terenak lohhh.” Cih dia langsung memesan minuman kembali. “Dasar teman karna pengen sesuatu doang.” Gerutu ku dalam hati.

***

Kini kita sedang berjalan menuju tempat kost ku yang sudah di cariin sama Tyaz. Sahabat itu penting karna di saat kita susah, senang dan duka pasti akan selalu ada untuk membantu kita.

Oh yach perkenalkan nama ku Mala Fernandez. Keluargaku cukup berada bahkan Daddy ku mempunyai perusahaan di ibu kota Jakarta dan Mommy ku mempunyai toko butik sendiri. Sebenarnya aku di suruh memilih antara menjadi direktur perusahaan atau menjadi desainner tetapi aku lebih memilih mandiri karena satu alasan aku. Aku tidak ingin keluarga ku pecah belah karena merebutkan harta sehingga lebih baik aku yang mengalah.

Aku mempunyai dua kakak. Laki – laki  dan perempuan. Mereka selalu mempermasalah kan hak sebagai pewaris, tetapi Mom and Dad justru malah meminta ku sehingga membuat kedua kakakku tak menyukaiku. Entahlah. Pernah aku bertanya ke Mom kata Mom aku lebih bisa di andalkan dan aku orang nya teliti.

Nama kakak perempuanku Mela Fernandez. Dan nama kakak laki – laki ku bernama Maulana Fernandez .

Nama kita bertiga memang hampir sama tetapi sifat kita bertiga sangat jauh berbeda.

Kalau aku sendiri lebih pendiam dan rajin diantara bertiga aku lebih sabar daripada kakak – kakakku.

Kalau kakak perempuan ku jangan tanya deh dia bersifat antagonis bahkan ia suka bergaul dunia luar seperti ke club atau pun bermain dengan laki – laki.

Kalau kakak laki – lakiku lebih ke protektif sebenarnya karena ia tipe cuek, dingin dan datar.

***

Setelah membereskan barang – barang aku merebahkan badan di bed yang tidak terlalu besar.

“Tidak apalah aku harus terbiasa dengan kehidupan seperti ini walaupun tanpa AC setidaknya aku masih bisa tidur.” Gumamku sebelum masuk ke alam mimpi.

***

“Hoammm.” Aku menguap lebar setelah mendengar ayam berkokok.

“Mungkin aku harus terbiasa dan bisa hidup sedehana.” Ucapku semangat baru dan aku langsung bergegas menuju kamar mandi kecil dan sholat 5 waktu.

Yah aku paling rajin di keluarga ku karna aku berfikir tanpa Tuhan kita tidak mungkin di beri banyak rezeki yang harus kusyukuri.

Setelah menjalani semua kegiatan aku langsung bergegas mencari sarapan dan pekerjaan.

Saat ku buka pintu aku di kagetkan dengan kedua sahabat ku tak lain dan tak bukan Nana dan Tyaz.

“Malaaa gueee kangenn banget sama loe.” Ucap Nana dan langsung memeluk ku.

“Guee juga, eeh ini gue sesek nafas onengg.” Ucapku kesusahan.

“Hehe, sorry dech betewe loe cakep banget mau kemanah?” Tanyanya setelah sadar aku berpakaian rapi.

“Gue mau keluar, cari sarapan sama cari pekerjaan. Loe berdua mau ngapain?” Jawab dan tanyaku.

“Nih, gue bawain makanan tadi nyokab gue masak banyak.” Ucap Tyaz yang dari tadi diam.

“Wuahh makasih, kapan – kapan gue main yach mau kenalan sama nyokab loe Tyaz.” Jawabku sumringah.

“Iya sama sama, ya udah sekarang loe makan dulu ajah. Dan masalah kerjaan gampang loe kerja di tempat yang deket dengan kerjaan Nana katanya ada lowongan.” Ucapnya dengan nada tegas dan serius.

Aku langsung memeluk mereka. Karena tanpa mereka aku bahkan tidak tahu akan jadi apa.

Memang sahabat tak selamnya ada yang baik. Tetapi bagiku sahabatku ini orang terbaik selain orang tua dan kakak -kakakku. Mereka yang mau bantu ku di saat aku susah.

Aku tak bisa berkata cukup air mata dan pelukan yang bisa aku jawab.

Setelah acara berpelukan aku mengajak mereka masuk dan kita makan bersama.

“Eh Mal, loe gak niat beli peralatan rumah. Karena kost loe masih kosong plong loh.” Ucap Nana tiba – tiba.

“Bahkan gue belum kefikiran loh, hem nanti dech kalo gue udah pasti di terima bekerja mungkin gue beli seperlunya ajah” Jawabku yang sedang mencuci piring.

Yah aku membawa sedikit barang – barang koleksi ku yang dapat dari souvenir pernikahan.

Dan semua itu berguna buat di sini sebelum aku membeli yang lain.

Tiba – tiba tanpa di duga hidung ku mulai mengeluarkan darah dan bibir ku mulai menggigil.

Aku berusaha membersihkan secepatnya sebelum ada yang melihat nya.

Ini salah satu alasan aku keluar dari rumah karena aku tidak ingin keluarga ku khawatir.

***

Sementara di lain tempat. Di rumah megah itu seorang wanita paruh baya sedang menangis setelah membaca surat dari anaknya.

Laki -laki yang berumur yang tak lain dan tak bukan adalah ayah dari Mala sendiri sedang frustasi dengan memikirkan masalah yang ia hadapi.

Ia sangat tidak menyangka bahwa anaknya akan mengambil keputusan di luar dugaan.

Ia sangat menyayangi putri terakhirnya karena ia memiliki sifat yang berbeda dari ke dua saudaranya.

Ia bahkan berharap putrinya yang mengambil alih perusahaan. Tetapi ia tak menyangka putri nya akan pergi dari rumah ini.

Ia sendiri tak bisa berbuat apapun. Karena ia tahu betul anaknya butuh berfikir dan butuh sendiri. Sehingga ia tak mencarinya.

Ia bisa saja menyewa detektif yang terkenal untuk mencari putri nya tetapi ini bukan waktu yang tepat.

Ia mendekat ke tempat duduk istrinya dan berusaha menenangkan istrinya.

“Sudah lah Mom, mungkin Mala butuh waktu untuk berfikir.”

“Tapii Dad… hiks… bagaimana kalau… hiks… ada apa – apa dengan putri kita… hiks.” Jawabnya di sela air mata yang masih deras.

“Dad yakin, putri kita bisa menjaga diri sendiri.” Ucapnya mantap karena seorang ayah bisa lebih mengerti akan sifat dan hati anaknya.

Jika seorang Ibu lebih ke antara batin dan lebih selalu khawatir. Bukankah itu hal wajar.

“Tap…” Ucapannya terpotong, saat sebuah suara mengaggetkan wanita dan laki – laki paruh baya.

“Ada apa Mom,  kenapa menangis?” Tnya Maulana tiba – tiba.

Ia kaget saat melihat orang tuanya menangis bahkan ia tak pernah melihat Daddy nya menangis jika tanpa sebab.

“Hiks… adik kamu… hiks… pergi nak.”

“APAA?! Mom bercanda kan?” Tanyanya tak percaya. Mana mungkin adikknya pergi dari rumah.

Walaupun ia berharap jadi pewaris perusahaan tetapi ia sadar. Ia yang paling tua dan ia akan menerima keputusan orang tuanya. Karena ia sangat mencintai adik – adiknya. Apalagi diantara kami Mala yang paling sabar dan paling pendiam tetapi lebih cerdas dari semua anak Fernandez.

“Benar Lana, tetapi biarkan dulu sementara karena Dad yakin adik kamu butuh sendiri.” Ucap tuan Fernandez tegas.

“Tapii Dad, apakah Ddaddy tahu Mala dimana?” Tanya Maulana tiba – tiba karena ia tidak akan tenang kalo belum mengetahui adiknya dimana.

“Daddy belum tahu tetapi Daddy yakin bahwa adik kamu bisa jaga dirinya sendiri.” Jawabnya tegas tanpa koma.

Ia menuntun istrinya masuk ke kamar sedang kan Maulana terlihat gelisah karena bahkan ia tidak mengetahui apapun.

Saat akan naik ke lantai atas dan ingin beristirahat tiba – tiba pintu depan terbuka berbarengan dengan pintu kamar orang tuanya.

Di pintu depan seorang wanita yang berpakian seksi berjalan sempoyongan dengan mulut bau alkohol . Sedangkan kamar depan terlihat Daddy nya memandang anak yang nomer dua dengan tatapan yang sulit di artikan.

Ia geram dengan adiknya ini. Mau sampai kapan akan seperti itu. Bahkan Mommy nya sudah sampai sakit setiap melihat kelakuan adiknya yang nomer dua.

Ia harus menanggung malu dengan teman – teman nya saat ada yang melihat putrinya sering keluar club dan bersama dengan laki – laki yang berbeda. Itu yang membuat mommy nya tidak kasih tanggung jawab butiknya.

Tetapi ia sendiri tak bisa berkata apa – apa. Saat ia di sindir terang – terangan tetangganya yang sering melihat kelakuan anaknya.

***

Saat ia akan berusaha membantu adiknya yang akan jatuh karena ia yakin adiknya sudah banyak mabuk.

“Biarkan Maulana, jika kamu. Berani membantunya kalian berdua boleh angkat kaki dari sini!” Ucap tuan Fernandez dengan datar dan tegas.

“Hufth…” Dengan lelah ia meninggalkan Daddynya dan adiknya yang kini telah di lantai karena efek terlalu banyak minum.

Setelah kepergian putranya ia menatap datar karena sebenarnya gadis yang ada di hadapannya bukan anak kandung mereka.

Dulu istrinya menolong seorang wanita murahan yang tak lain sahabatnya yang selalu tega dan jahat ke istri nya.

Karena ibunya dulu kecelakaan dan beruntung bisa melahirkan. Saat pas kecelakaan itu terjadi istrinya berada di situ juga akhirnya ia mengangkat anak dari wanita jalang itu menjadi putri nya karena ibunya sendiri tidak berkata ayahnya siapa.

Dengan tidak rela ia menyetujui keinginan istrinya.

Ia sangat terpukul begitu anak ini dewasa kelakuan dan sifatnya sama seperti ibunya bahkan ia yang bikin keluarga mereka di pandang jelek karena kelakuan anak ini.

Anak ini juga yang buat ia dan istrinya kehilangan anak kandungnya.

Bahkan ia dengan tega selalu berbuat tidak baik ke adik nya yang jelas anak kandungnya.

Ia mengetahui semua ini ia juga pernah melihat apa yang di lakukan anak itu ke Mala.

Tetapi ia tak bisa mengusir begitu saja karena istrinya sudah berjanji akan menjaga anak ini.

Saat sedang melamun dengan mata yang sudah siap mengalir air mata. Ia tiba – tiba mendengar tangisan pilu. Oleh istrinya.

Ia bergegas ke kamar nya dan betapa kaget nya  melihat istrinya sampai terduduk menangis dengan tangan memukul – mukul kepalanya sendiri.

“Apa yang kau lakukan Vel?” Ia bergegas mendekat dan menghentikan kelakuan istrinya yang berusaha menyakiti diri nya sendiri.

“Hiks… aku… hiks… Ibu yang jahat mas… hiks aku membela mati – matian anak yang bukan darah daging ku… hiks… tetapi apa yang… hiks… di lakukan anak yang aku belain… ia bahkan yang menyiksa dan membuat anak kandung kita keluar dari rumah… hiks… bahkan anak yang bukan anak kita enak – enakkan pulang malam dan mabuk – mabukkan. Aku… hiks… ibu yang tidak bisa menjaga putri kandung sendiri… hiks…” Ucapnya dengan suara yang serak dan sangat memilukan.

“Ini buka sepenuhnya salah Mamah tetapi anak wanita jalang itu yang buat anak kita pergi dar…”

Tiba – tiba ucapannya terpotong oleh suara gelas pecah.

Di pintu Maulana berdiri dengan mata memandang orang tuanya seperti meminta kejelasan.

Udah saatnya dia tau Vel!!” Gumam Fernandez lirih.

“Lana sini nak, duduk daddy mau berbicara. Tetapi sebelumnya Daddy tanya dulu apakah anak itu udah pindah ke kamar?” Yang di jawab anggukan dari Maulana karena ia saat ini tak bisa berkata apapun.

“Mungkin ini waktu yang tepat nak. Tetapi Daddy mohon kamu jangan gegabah!” Hufthhh dengan nafas yang terasa  berat Fernandez menceritakan semuanya.

Dan reaksi yang di dapat dari anaknya di luar dugaan. Anaknya keluar begitu saja bahkan pergi entah kemana.

***

Kini ia mengemudi dengan kecepatan di atas rata – rata. Setelah penjelasan dari orang tuanya ia langsung bergegas mencari adik nya.

Itulah makna seorang anak atau adik. Jangan kau lengah dari orang yang kau sayangi.

The end.

Cerpen Arti Seorang Anak adalah cerita pendek karangan Maula Nur Baety. Kategori Cerpen Remaja. Pembaca dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya dengan mengklik namanya.

Silahkan Share Artikel Ini:

About Maula N. Baety

Maula Nur Baety
Seorang wanita biasa yang hobby membaca dan menyalurkan imajinasinya lewat sebuah Cerita - Cerita Pendek. Supaya para pembaca bisa mengenal aku

Check Also

Sepeda Tua yang menggema dalam Jiwa - Image by Pixabay

Sepeda Tua yang menggema dalam Jiwa

Mentari bersinar kembali pagi ini, membangunkan setiap insan dari lelapnya malam. Tapi Sang Mentari, tidak …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *