Jakarta Sang Megapolitan. Sebutan Metropolitan bagi kota Jakarta sudah melekat sejak awal abad ke-19, dikarenakan posisi Jakarta pada saat itu sebagai pusat perdagangan Asia Timur yang meliputi kawasan kota lama (Oud Batavia) sampai kepusat-pusat pertumbuhan baru seperti gambir dan Meester Cornelis (Senen-Jatinegara) dan sampai pada saat ini masih memiliki ciri-ciri yang sama : kepadatan, persebaran, dan juga kemajemukan pusatnya (Ihwal Kota, Marco Kusumawijaya, Kalam 19, Jakarta 2002).
Tetapi di-abad Milenium ini sesuai dengan tumbuh kembangnya kota Jakarta dengan jumlah penduduk sekitar 12 juta jiwa lebih, maka sebutan “ Megapolitan ” sangat cocok untuk kota Jakarta pada saat ini dengan segala perubahan dan permasalahan yang dihadapinya pun semakin kompleks.
Salah satu fungsi dari kota megapolitan Jakarta adalah sebagai motor penggerak ekonomi bagi kota-kota disekitarnya (kota satelit) seperti Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi. Pertumbuhan kota-kota satelit yang berada dipinggiran kota Jakarta ditandai oleh bermunculannya kawasan-kawasan permukiman baru dengan segala kelengkapan fasilitasnya, seperti Bumi Serpong Damai (BSD), Lippo Karawaci, Citra Raya, Bukit Sentul, Lippo Cikarang, Kota wisata Cibubur, dan lain sebagainya.
Kawasan ini tumbuh akibat adanya anggapan bahwa pusat kota bukanlah hunian yang layak, dan hunian yang layak hanya ada diluar kota atau pinggiran kota Jakarta, kota Jakarta hanya sebagai tempat untuk melakukan kegiatan ekonomi dan mereka bekerja di pusat kota dan tinggal di pinggiran kota, mereka ini dinamakan penduduk komuter atau ulang-alik. Akibatnya komposisi penduduk antara siang dan malam tentunya berbeda. dan kawasan permukiman yang berada dipinggiran tersebut banyak yang dimiliki oleh kalangan kelas menengah.
Permasalahan lain yang dihadapi oleh kota Jakarta adalah permasalahan kepemilikan bandara Soekarno Hatta antara pemerintah provinsi DKI Jakarta, Pemerintah Kotamadya Tangerang, dan Pemda Kabupaten Tangerang, yang masing-masing mengklaim bahwa bandara tersebut berada di wilayahnya.
Permasalahan itu timbul karena pemasukan dari sektor pajak dan retribusi yang tentunya bisa menjadi Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang merupakan aset daerah yang penting dari keberadaan bandara Soekarno-Hatta.
Masalah lain yang dihadapi kota Jakarta adalah masalah urbanisasi yang tidak diimbangi dengan daya dukung lingkungan dan ketersediaan sarana dan prasarana, adanya urbanisasi disebabkan antara lain adanya ketidakmerataan pembangunan di Indonesia, pada saat ini pembangunan hanya berpusat di kota-kota besar dan tidak menyentuh kepelosok-pelosok daerah, apalagi daerah terpencil.
Akibatnya para kaum urbanit berbondong-bondong datang ke Jakarta untuk mencari pekerjaan, bagi mereka yang mempunyai tingkat pendidikan yang tinggi dan mempunyai skill yang cukup tampaknya tidak begitu menjadi kendala, mereka bisa bekerja di tempat-tempat yang mereka inginkan seperti diperusahaan-perusahaan yang bonafide dan bergengsi atau bekerja pada instansi pemerintahan, lalu bagaimana bagi mereka yang tidak mempunyai pendidikan yang memadai atau hanya berpendidikan pas-pas-an dan tidak mempunyai keahlian, pada akhirnya mereka bekerja pada sektor-sektor informal seperti menjadi buruh kasar, pedagang kaki lima, pedagang bakso, dan lain-lain.
Juga bagi mereka yang tidak mempunyai kesempatan untuk bekerja di sektor informal pada akhirnya menjadi gelandangan, pemulung, peminta-minta dan yang lebih parah lagi mereka pada terjun kepada dunia kriminalitas seperti, perampok, pencopet, dan lain-lain. Sektor informal ini seringkali menjadi persoalan utama kota megapolitan di dunia ketiga, sektor ini menjadi sektor yang tidak diharapkan keberadaanya karena sering timbulnya permasalahan baru seperti pedagang kaki lima.
Pada era tahun 70-an gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin pernah mengeluarkan kebijakan pintu tertutup bagi para kaum urbanit, karena melihat tingkat urbanisai yang tinggi.
Permasalahan akibat adanya arus urbanisasi tidak berhenti sampai disitu saja, banyak permasalahan yang timbul akibat adanya urbanisasi seperti permasalahan ekonomi dan permasalahan sosial.
Adanya jurang pemisah yang antara si kaya dan si miskin mengakibatkan si miskin ini hidup di tempat-tempat yang kumuh (slum area), tanah-tanah kosong, bantaran sungai, bahkan di kolong-kolong jembatan.
Banyak dari mereka yang membangun rumah dari kardus maupun mendirikan gubuk-gubuk liar yang semakin memperburuk kondisi lingkungan permukiman dan ekosistem suatu kota, yang disebabkan karena tidak didukungnya pengadaan sarana dan prasarana lingkungan yang memadai.
Masalah kemacetan juga sering kali membayangi Kota Jakarta, banyaknya jumlah kendaraan tanpa di-imbangi dengan dengan adanya penyediaan sarana jalan yang memadai mengakibatkan timbulnya kemacetan dimana-mana, selain mahalnya harga lahan untuk penyediaan sarana jalan yang layak juga masalah kedisiplinan para pengguna jalan baik itu kendaraan pribadi maupun kendaraan umum seperti menaikan dan menurunkan penumpang di sembarang tempat, saling serobot sesama pengguna kendaraan dan tidak disiplinnya pengguna kendaraan turut berperan serta dalam meningkatnya angka kecelakaan, dan ini semakin menambah rumit permasalahan transportasi di kota Jakarta.
Permasalahan sampah dan polusi juga dihadapi oleh kota Jakarta, Jutaan kubik sampah yang dihasilkan oleh kota Jakarta dibuang ke daerah Bantar Gebang yang pada akhirnya menimbulkan masalah, tercemarnya lingkungan akibat polusi yang ditimbulkan sampah yang menyebabkan bau yang menggangu dan tercemarnya air tanah.
Akibat dari permasalahan sampah yang ada di Bantar gembang Pemda Bekasi pernah menutup lokasi Tempat Pembuangan Akhir tersebut, dan akhirnya dipindahkan ke daerah bojong kabupaten Bogor yang sempat menimbulkan konflik antara PT Wira Guna Sejahtera (WGS) dengan penduduk setempat, yang berakibat dibakarnya PT WGS tersebut karena dianggap membuat polusi oleh warga sekitar tempat pembuangan sampah tersebut.
Sedangkan masalah polusi juga dihadapi oleh kota Jakarta, gas buang yang dihasilkan dari kendaraan bermotor menyumbang tingkat polutan yang tinggi dan ambang batas emisi gas buang di Jakarta sudah kepada tahap yang mengkhawatirkan, akibat yang ditimbulkan polusi berdampak pada pemanasan global dan timbulnya berbagai macam penyakit seperti Ispa, Kanker pada kulit bahkan penurunan kecerdasan (IQ) pada anak kecil.
Masalah banjir juga dihadapi oleh kota Jakarta, pada bulan Februari 2002 banjir yang terjadi di Jakarta yang menggenang, dimana banyak orang menyebutnya sebagai banjir kiriman yang menyebabkan Kota Jakarta seperti kolam.
Tidak siapnya Jakarta menghadapi banjir kiriman tersebut membuat semua instansi pemerintah kewalahan di-akibatkan banyaknya perubahan fungsli lahan di daerah bopunjur, berubahnya ruang terbuka yang ada di Jakarta menjadi bangunan beton, tidak adanya daerah resapan air yang menyebabkan Jakarta kebanjiran, pembangunan pada bantaran kali, pembuangan sampah yang sembarangan,
“ Ruang publik dengan menciptakan kota taman kota hijau, gerakan penghijauan perkotaan (1970), Program hijau pertamanan kota (1975), Gerakan memasyarakatkan keindahan, kebersihan, dan keteduhan lingkunagn hidup Ruang terbuka sebagai elemen pembentukan kota.”
Dengan Setumpuk permasalahan yang ada bagi kota Megapolitan di Jakarta tentunya membutuhkan penanganan yang komprehensif atau menyeluruh.
Demikianlah artikel tentang : Jakarta Sang Megapolitan yang selalu menjadi daya tarik sebagai kota idaman.
Baca Juga : Dari Batavia Sampai Jakarta
Happy Blogging!!!
Semoga bermanfaat dan terimakasih telah berkunjung dan membaca artikel di Dedy Akas Website.
Untuk menata Kota Jakarta agar lebih nyaman dalam segala hal memang sangat diperlukan kesadaran dari semua pihak ya Pak, bukan hanya tugas Pemerintah saja, kesadaran masyarakat dan semua pihak pun sangat berpengaruh menjaga kebersihan, ketertiban dan kenyamanan… 🙂
betul sekali pak eka, untuk menciptakan suatu kemanan dalam berbagai hal, butuh kerja sma antar pihak 🙂
Terima kasih Mas Mukhlis 😀
waktu jaman ali sadikin dulunya sempat juga di batasi penggunaan mobil pribadi dengan menerapkan pajak yang lumayan tinggi, akhirnya banyak masyarakat menggunakan moda transportasi umum…setelah itu mulailah mayasari bakti grup beroperasi dengan melayani banyani banyak penumpang…saya pajak pengeluaran dan penggunaan kendaraan bermotor sekarang tidak dibatasi lagi, makanya jakarta sekarang padat sekali.
ooo, itu ternyata penyebabnya ya kang, iya kang apalagi seperti tahun baru kemarin wah beneran padat ya kang 🙂
Hallo Mas Mukhlis…
Tahun baru di Jakarta “macet banget”… 😀
Entah kenapa banyak orang yang ngerayaan Tahun Baru keluar rumah memakai kendaraan…
Padahal kalau memanfaatkan tempat atau lingkungan sekitar juga bisa meriah… 😀
saya setuju, semuanya harus ada kesadaran dari semua pihak
Benar banget Mas Ilyas… 😀
Untuk mennyandang sebuah Kota Megapolitan yang indah dan tertib Jakarta dengan segala bentuk dan problematikanya di kembalikan kepada stiap individu kesadaran masing-masing juga ya kang ?
Iya benar banget Mas Indra…
Tanpa kesadaran dari dalam diri sendiri, maka akan sangat sulit untuk mewujudkan keindahan dan ketertiban yang diinginkan… 😀
Terima kasih,
saya setuju banget ini mas 🙂
Nyimak mas. Heheh..
Silahkan Mas Fadhly… 🙂
saya juga ikutan nyimak kayak mas fadhly 😀
Silahkan Kang Zeer 😀
Yang masih saya bingungkan dan jadi pertanyaan, Bandara Sukarno Hatta saat ini sebenarnya milik siapa ya mas?
Yang pasti milik pemerintah Mas…
Baik Tangerang muaupun Jakarta, yang penting dan sebisa mungkin ada PAD-nya… 😀
Supaya masyarakat sekitar bisa ikut menikmatinya…
Terima kasih… 🙂
Jakarta masih menjadi daya tarik bagi pendatang gimana tidak kota metropolitan bayangannya cari duit dijakarta itu mudah
Kalau pendidikannya cukup dan punya pengalaman banyak,, kayaknya cari kerja di Jakarta emang mudah,,, jadi bisa bersaing gitu…
Setuju yang dikatakan Mas Dwi dan Mas Zae…
Bahkan beberapa ada yang berpendapat… :
“Jakarta jadi kota untuk menggantungkan sejuta harapan”… 😀
kenyataannya banyak yang kesulitan mencari duit di jakarta dan menjadi gelandangan…selain itu pengemis musiman juga banyak mas yang datang di jakarta
Iya benar Mas… terkadang kenyataan lebih pahit dari pada hanya sekedar angan-angan indah… 😀
kompleksitas kebutuhan, gaya hidup dengan segala dimensinya serta kompleksitas permasalahan kota ini pernah saya idealkan sebagai tempat hidup di masa lalu. tapi sekarang, tidak lagi
Baik Mas Yester…
Terima kasih… 😀
saya aneh, kok jakarta bersihnya sebagian ya mas?kalo mall nya sama perumahan nya bersih bersih rindang banyak pohon tapi kok daerah sebagiannya banyak sampah. penanggulangan sampah harus dibenahi terus.masalahnya jakarta sudah seperti pusat ekonomi indonesia 🙂
Kota Jakarta memiliki sejuta masalah Mas…
Untuk masalah sampah itu sudah menjadi cerita klasik…
Jakarta merupakan salah satu pengahasil sampah terbesar di kota Negara Indonesia…
Harus dibutuhkan kerjasama oleh seluruh pihak Mas…
Dari lapisan bawah sampai lapisan atas, salah satu contoh saya pernah melihat “orang naik motor melewati jembatan kali dan berhenti sebentar lalu jalan lagi, gak tahu-nya membuang sampah ke kali”…
Dari itu saja sudah terlihat bahwa kesadaran masyarakat sekitar saja sepertinya juga kurang… untuk menjaga lingkungannya atau daerah sekitarnya…
Terima kasih 😀
masak kudu saya ajarin cara buang sampah yang bener??
Ya itulah manusia Mas Hendri… terkadang dia lupa diri dan tidak mau tahu…
Sangat disayangkan ya…
Kenapa yah disebut Metropolitan atau Megapolitan,,, saya sering denger kata itu tapi kagak tahu artinya apa,,, mungkin karena kota jakarta itu rame yah,, dan banyak industri – industri disana,,,,
Maaf yah, kalau menurut saya Jakarta bukan kota yang nyaman buat ditinggali,, yah walau punya gelar megapolitan,,, Kalau Jakarta sedikit dibenahi dan ditata lagi mungkin Jakarata layak punya gelar Megapolitan, Jakarta memang bukanlah tempat yang nyaman menurut sya, tapi saya heran kenapa makin hari malah jadi makin banyak orang yang ingin hidup disana,
Karena Jakarta merupakan pusat pemerintahan dan penggerak ekonomi bagi kota-kota lainnya… Mas… 🙂
Jakarta lebih cocok untuk tempat merubah ekonomi, bukan untuk mencari tempat tinggal… 😀
Terima kasih,
jakarta merupakan pusat ibukota jakarta ya mas ddy, maka dari itu patut dilestarikan dan sebagai kota megapolitan 🙂
Iya Mas Mukhlis…
Harus juga dibarengi dengan kelestarian lingkungan sekitarnya… agar bisa terlihat “asri”…
Terima kasih… 😀
satu sisi jakarta kota terbesar Asia, di sisi lain kekumuhan dan kesenjangan sosial makin jelas terlihat ya mas.. apalagi para pengamen dan peminta-minta sangat subur
Iya Mba Santika…
Ada baiknya harus punya bekal yang cukup untuk bisa menuju Jakarta…
Jika tidak maka yang terjadi seperti Mba utarakan, akhirnya profesi tersebut menjadi jalan keluar bagi yang tidak punya keahlian… 😀
Terima kasih… 🙂
ya gpp teh, kita majukan dulu pengamennya seytelah itu baru majukan kotanya.wkwkwkwk
Akh… Hendri bisa aja nih… 😀
karena mendapat gelar megapolitan itulah orang banyak berpikir banyak yang bisa dilakukan atau pekerjaan di jakarta. tapi banyak juga masyarakat urban yang tidak melihat keahlian dan ilmu yang dibawanya, akhirnya keahlian tidak nyambung dan tidak bisa bekerja di jakarta dan menambah pengangguran. inilah masalah yang dari dulu di alami jakarta, makanya kalau lebaran jakarta sepi, karena diperkirakan penduduk jakarta 70% adalah orang luar….
Walaupun skill sudah punya, akan tetapi persaingan juga ketat, sehingga harus benar-benar menambah atau meningkatkan skill yang ada, supaya bisa tetap bersaing…
Untuk perihal Jakarta sepi, bisa jadi karena Jakarta adalah tempat untuk bekerja, sedangkan untuk tempat tinggal atau kampung, ya tetap dari tempat asal semula… 😀
Terima kasih 😀
Tidak punya skill…bakalan susah ya mas hidup di jakarta
Betul Mas Sonny 😀
Apapun itu Jakarta tetap kota idaman ,kota metropolitan…
Jakarta kota gemerlap… 😀
Test komentar lagi ach 🙂
Masuk Mas…. 😀
Jakarta dengan segala macam problemnya, tetap menjadi idola buat semua orang di seluruh Indonesia.
Kata orang betawi..jakarte milik kite 😀
Iya benar Mas… Jakarta selalu menjadi kota yang gemerlap yang selalu menarik minat untuk dikunjungi… 🙂
Hehe bisa aja nih Mas Sonny… 😀
Kok belum muncul ya komentar saya ? hehe
Ini muncul Mas… 😀
Apa cuma ane saja ya yang belum pernah menginjakan kaki di Jakarta 🙁
Huhuhuhuhu…
Ame juga belum pernah ke Semarang Mas Eksa… hehehe 😀
kalo saya udah mas
Haduh… ketinggalan saya… hehe 😀
maksdu saya jakartanya ya mas. hehehe
kalo semarang saya belum
Owh… kirain.. hehehe 😀
memang jakarta ini paat sama orang dan efek dari adanya banyak orang. mungkin harus di trasnmigrasikan kang sebagian ke kalimntan atau papua yang masih banyak lahan kosong
Iya bener juga Mangs Aduls…
Tapi pertanyaannya apakah di tempat-tempat tersebut mereka mau dan bisa sukses?
Terima kasih 😀
bisa kayanya mas. 😀
itu bandara ternyata berebut juga ya. bagi bagi aja deh kalo begitu
Supaya adil ya Mas… 😀
bener mas biar adil bagi aja sesuai proporsi
ngomong2 tentang jakarta, saya sudah sangat sering ke sana tapi tetap saja tdak pernah kerasan… 😀
Jakarta sebagai kota impian Kang Zeer…
Beda orang, beda pendapat Kang…
Sukses bisa dicari dimana saja, tanpa harus ke Jakarta… 😀
Nasib orang berbeda-beda…
Salam,
walaupun macet jakarta adalah pusat indo hehe.. terima kasih pak atas info artikelnya
Jakarta sebagai Ibukota Indonesia 😀
Terima kasih juga… 🙂
Salam,
saya koq setuju ya kalo ibukota negara dipindah aja ke purwokerto
Kota jakarta sudha terlalu padat sekali. Ibu kota Jakarta seharusnya pindah ke Lampung saja, 😀 soalnya Lampung merupakan gerbang perdagangan dunia..bukannya begitu mas Dedy,dkk?
Hehe bisa aja nih Mas Wahid… 😀
Sebenarnya sudah lama ada wacana untuk pindah Ibukota…
Tapi sepertinya hanya tinggal wacana saja… 🙂
Terima kasih Mas Wahid sudah sempat mampir ke blog saya…
Salam,
setiap warga kota harus responsible untuk menjaga keamanan dan kebersihan..
Setuju Mizz Aiza… 😀
apapun ceritanya, jakarta masih menjadi kota incaran banyak orang untuk mengadu nasib di sana
Benar banget Mas Ibrahim, ada seribu cerita berbeda di kota Jakarta… 😀
Namun sepertinya lebih banyak cerita yang manis… sehingga tidak terlalu menghiraukan cerita pahitnya… 😀
Salam,
Nah repotynya sekarang,kota penyangga Jakarta merasa mampu berdiri sendiri dan berlagak sok jago. Lupa kalau jakarta itu ibu kota negara. Makanya Jakarta kebingungan sekarang, mau buang sampah kemana ?
Bandara jadi rebutan, sektor pajak kendaraan jadi incaran karena platnya ber- B. Otomatis masuk ke kas Jakarta to ?
Sudah layaknya kota negara dipindahkan diluar jawa.
Dalam tata urusan Kota, mungkin hal ini bila di lihat dari anggaran yang diperolehnya mungkin kepengen Kang.
Anggaran dari rakyat untuk rakyat ya Mas Indra… 😀
Jakarata yang selalu saja banyak masalah yang dihadapinya, tidaklah heran bila kota inin mejadi Megapolitan.
Sebuah kota yang selalu diiringi seribu cerita ya Mas… 😀
Memang benar salah satu masalah terbesar Megapolitan adalah masalah urbanisasi yang tak terkendali, sedangkan jumlah lapangan kerja sangat terbatas dengan kompetisi yang sangat ketat. Entah kenapa banyak orang yang tertarik sampe maksa-maksa masuk jakarta, saya aja males tinggal di jakarta.
Benar banget Mas Rudy…
Sebisa mungkin memajukan diri, di tempat atau wilayahnya masing-masing, untuk masalah rejeki sudah ada yang ngatur, tidak perlu ke Jakarta juga bisa sukses…
Salam,
sangat komplex permasalahan di jakarta ya mas.
mulai banjir sampai macet.
perlu penanganan dari perbagai pihak untuk mengatasinya ya mas
Iya Mas Yanto…
Penanganannya harus menyeluruh dari pihak atas sampai pihak bawah…
wah melihat kondisi koda yang seperti ini kayanya saya lebih memilih hidup di di desa saja mas, tentrem lan adem ayem..
Sepertinya begitu Mas Budi… 🙂
Kalau di desa lebih “asri”
nengok lagi nih ih
Silahkan Mas 🙂
Saya pernah satu bulan tinggal di Jakarta dan rasanya tidak betah.
Iya Mas Arif… 😀
Tergantung nasib dan perasaan, ada yang betah dan ada yang tidak betah… 🙂
Jakarta memang megapolitan yang mas, dan suka macet katenye… hehehehehehehehe 🙂
Jakarta dan Macet tidak bisa dipisahkan… sudah seperti jodoh… hehe 😀
Terima kasih Mas Diar… 🙂
Jakarta sang megapolitan…
Apapun perubahan yang terjadi,,,Semoga menjadi kota yang nyaman untuk semua warganya…
Amiin Mas Wahab…
Terima kasih… 😀
jakarta sudahseperti pusat pemasaran indonesia aja ya mas, tapi saya liat kok batam juga kini pasarnya bagus loya?banyak yang murah2 barang dari batam?
Mungkin Batam merupakan perdagangan yang lebih banyak melalui jalur laut, jadih lebih murah dan lebih cepat… 😀
kalo mengandalkan satu atau segelintir pemimpin saja untuk menciptakan kenyamanan dan yang baik baik.. mimpi ! semuanya harus ikut serta
Setuju Mas… 😀
Selamat baru aja mas,..Semoga di tahun 2016 ini lebih baik dan ngeblognya tambah semangat 🙂
Amiin… terima kasih Mas… 😀
IMHO, penataan Jakarta sebagai kota megapolitan tidak akan berjalan baik bahkan nihil terwujud selama pemahaman pentingnya desenetralisasi beserta sosialisasi perangkat2 pendukungnya jg berjalan dengan baik ke daerah2 lain, terutama yg bertetangga langsung dengan Jakarta. Jika tidak, masalah urban (yg mana menurut sy adalah pokok permasalahan jakarta) tidak akan terurai dengan baik. salam kenal
Hallo Mas Umar…
Iya benar banget BOTABEK yang menjadi kota tetangga Jakarta ini juga harus ikut berkembang, berikut juga dengan kota-kota lainnya, sehingga para pendatang dari daerah tidak terpaku pada satu kota saja… 😀
Sehingga bisa membuat yakin bahwa kota-kota lainnya juga bisa maju dan berkembang… 😀
Dengan begitu para “urban” juga bisa menyebar… 🙂
Salam kenal juga 🙂
Jakarta memang kota besar, jadi sepertinya butuh kerjasama semua pihak dan juga butuh waktu yang lama untuk bisa berbenah agar jadi lebih indah dan nyaman
Benar sekali yang dikatakan Mba Alvi… 😀
Butuh bantuan dan kesadaran semua pihak… 🙂
Salam Mba,
Iya mas dedy,
Salam blogging
Ibu kota selalu lebih kejam daripada ibu-ibu .. 😀
Kebetulan Saya salah satu penghuni Jakarta juga ni, mungkin menurut Saya salah satu hal yang dapat menjadikan Jakarta maju dan tertata rapi adalah dengan adanya KESADARAN MEMBANGUN dari banyak pihak, terutama pemerintah dan warganya ..
Kesadaran membangun meliputi banyak hal juga, contoh kecilnya : kesadaran bermasyarakat yang baik, membuang sampah pada tempatnya, disiplin waktu dan banyak lagi hal kecil lainnya yang justru terabaikan.
Hallo Mas Zefhy…
Kalau sudah di Jakarta, hal yang paling kecil membuang sampah bukan pada tempatnya…
Kelihatan banget… kurang kesadaran… dan terkesan tidak tahu diri… 😀
( walaupun kelihatan kecil, atau terabaikan, namun sepertinya banyak yang melakukan itu… maka sudah dipastikan akan menggunung… )
Salam Mas,
Tulisanya bagus mas 🙂
Hallo Masa Ali Wahyduin…
Terima kasih atas apresiasinya…
Salam,